RSS

Tersenyum dengan Saling

13 Sep

sudah sepuluh menit, dan kita masih diam bertatapan. tapi tidak hampa, setidaknya karena kita saling melemparkan senyuman. ya, senyum yang terpampang secara tiba-tiba sejak kita bertemu, berdua saja.

aku masih tak paham dengan maksud senyumanmu, pun senyumanku. mungkin senyumku hadir karena senyummu datang lebih dulu? ah, khayalku saja. atau, senyumku yang membawa senyummu hadir untuk merecoki pertemuan kita ini?

dulu, seingatku, kita tak pernah saling melempar senyuman selama ini. hanya sekedipan mata saja, sepertinya. apa yang Tuhan telah perbuat pada diri kita? hendakkah kita dijadikan-Nya beribadah saat bersama? ya, karena senyum itu ibadah. katanya.

sampai kapan kita akan tersenyum begini? ya, kita. aku dan kamu, berdua saja.

aku tak hendak mencari sesuatu untuk memudarkan senyumku, pun senyummu. tapi, bukankah senyuman tanpa sebab hanya akan membuat saki otot-otot pipi kita? meski tak lebih sakit dari mendapatkan senyuman palsu.

begini fikirku, apakah ini senyum kepura-puraan?

ayolah, kita jadikan sederhana saja. spontanitasku tersenyum ketika sepuluh menit lalu adalah karena aku menyukaimu, dengan sangat. bahkan lebih. lalu, apakah senyummu itu?

jangan djadikan rumit, tolong. kita sudah cukup lama merasakan ini. senyuman yang bertahan sudah sepuluh menit ini tak lebih menyakitkan dari perasaan-perasaan yang dipendam sejak lama.

kita tengah berkisah, kasih. hanya saja belum dimulai dengan resmi, seperti ijab-kabul yang diucapkan di hadapan penghulu dan wali, serta para saksi.

senyuman kita sama, rupanya. alasan dibalik hadirnya senyummu itu adalah sama dengan alasan kehadiran senyumku.

aku ingin memiliki senyummu itu, kau berikan hanya kepadaku, tidak terbagi-bagi dengan alasan yang juga sama dengan alasan senyummu kepadaku. biarkan aku yang merawatnya.

kau tahu, senyuman dapat menjadi apa saja selain kebohongan dan kepura-puraan?
ya, ia dapat menjadi penghangat dari kesedihan, mendinginkan setiap amarah, seperti penyihir saja.

aku ingin kita berkata-kata, kasih. tak ingin selamanya hanya saling tersenyum seperti ini. berkata-kata yang sulit sekali diucapkan, berkata-kata yang membuat lidah seakan kelu ketika hampir saja kata-kata itu keluar dari mulut kita. ya, ketika kata-kata sudah di ujung lidah bahkan.

kita punya cerita di balik senyuman kita sendiri-sendiri, senyum yang saling kita hadiahkan saat ini.

senyuman ini menghentikan lidahku untuk menyampaikan perasaan-perasaanku padamu. dan senyummu, membekukan lidahku untuk melontarkan kata-kata yang sudah di ujungnya.

aku pikir kita serasi, saling melengkapi. senyuman kita telah membuktikannya. bisakah itu menjadi milikku seorang? hanya aku. biar aku yang merawatnya, biar kubuat tumbuh subur di tengah-tengah kita, kasih.

jangan kau pudarkan senyuman untukku itu, karena juga akan memudarkan perasaan-perasaanku padamu.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada September 13, 2012 inci #30HariLagukuBercerita

 

Tinggalkan komentar